Institute for Community Behavioral Change alamat: Ki Mangunsarkoro 27 Pakualaman Yogyakarta no.telp & fax (0274)562990

 

 

Kritik & Saran

 

Kegiatan Divisi Program Aksi:

Mlampah-Mlampah Pados Sampah (MMPS)

Keiatan yang dilaksanakan pada 22 Juni 2004 ini merupakan salah satu agenda Divisi Aksi untuk masyarakat di sekitar lingkungan ICBC. Dengan melibatkan siswa kelas 4 dari SD Puro Pakualaman I dan II, kegiatan di luar ruangan ini dimaksudkan sebagai aksi belajar awal tentang sampah dan perlakuan terhadapnya. Kampanye Jogjaku Bersih dan baj sampah biru-orange (untuk sampah basah dan kering) yang kini tersebar dimana-mana, berusaha ditanggapi secara positif. Kegiatan ini lalu diadopsi mahasiswa KKN Ekstensi UGM 2004 dan diselenggarakan di wilayah Keraton Yogyakarta.

 

 

Perempuan Mandiri

Salah satu program ICBC yang sedang berjalan adalah "Perempuan Mandiri" (PM). Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan di Divisi Program Aksi ICBC. Program ini merupakan bagian dari program payung "Building Awareness of Women’s Reproductive Rights & Health
Through A Community-Based Integrated Reproductive Health Program". Panjang juga ya judulnya! Program payung artinya suatu program yang terdiri atas banyak kegiatan, misalnya ada penelitiannya, ada workshopnya, dan ada pula program aksinya. ICBC kebagian jatah salah satu program aksi, yaitu PM, yang bertujuan membangun kemandirian ekonomi bagi perempuan-perempuan yang terlibat dalam usaha-usaha promosi kesehatan reproduksi, misalnya kader kesehatan dan bidan desa.

Kader kesehatan adalah anggota masyarakat yang membantu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dalam melaksanakan program-program kesehatan di setiap dusun. Meskipun jabatan kader terbuka untuk umum, semua kader di Kabupaten Sleman saat ini adalah perempuan. Permasalahan yang sering terjadi adalah para kader dan bidan desa dituntut untuk memiliki rasa pengabdian yang tinggi, namun kesejahteraan mereka sendiri kurang diperhatikan. Akhirnya yang terasa memang 'pengab'-nya saja. Jika ada program kesejahteraan ekonomi dari pemerintah, kader biasanya hanya ditugasi untuk menjadi penyalur dan tidak boleh menjadi peserta program itu. Mengenai bidan desa, ada yang gajinya dipotong untuk bayar sewa gedung poliklinik desa padahal jumlah gaji itu termasuk pas-pasan dan seharusnya gedung disediakan pemerintah.

Selain demi kesejahteraan, ICBC memiliki tiga agenda tak tersembunyi lainnya yang ingin dicapai dalam program PM. Pertama, ICBC ingin pihak-pihak yang terlibat dalam promosi kesehatan (reproduksi, khususnya) merasakan bahwa keterlibatan dan keaktifan mereka dihargai. Kedua, ICBC ingin menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi termasuk topik yang sangat penting. Dan terakhir, ICBC ingin memutarbalikkan stereotipi di masyarakat bahwa perempuan tidak bisa mandiri secara ekonomi (harus bergantung pada suami, misalnya), dan tidak bisa memimpin serta mengelola suatu badan usaha yang biasanya dikerjakan laki-laki (dagang bahan bangunan, misalnya). ICBC percaya perempuan bisa mandiri dan bisa memimpin.

Anda mungkin bertanya: dengan segala konsep bla bla bla di atas, konkretnya apa sih yang dikerjakan ICBC? Ini dia. Pada 18 Desember 2004 lalu, ICBC mulai menjalin hubungan dengan Dinas Kesehatan, Bidang KB DisnakersosKB (dulunya BKKBN), dan PKK Kabupaten Sleman Yogyakarta pada Workshop "Menjamin Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan Melalui Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terintegrasi". Workshop memang merupakan salah satu cara bagus untuk mengumpulkan banyak pihak sibuk dalam satu tempat. Workshop-workshop dalam tulisan ini masih termasuk dalam program payung yang di sebutkan di awal tadi. Yang judulnya berbahasa Inggris dan panjang banget itu lho!

Januari sampai Maret 2005, ICBC dengan pihak-pihak tersebut merumuskan alur kerja dan menetapkan daerah sasaran. Pada 18-19 Maret 2005, kembali ICBC mengikuti workshop "Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terintegrasi di Unit Pelayanan Kesehatan Dasar". Pemateri adalah Bu Kristiani (bukan… ini bukan istri Presiden SBY!), Kepala Puskesmas Salam, Magelang. Puskesmas itu memang sudah menerapkan sistem pelayanan kesehatan reproduksi terintegrasi yang bagus.

Ini dilanjutkan dengan pelatihan "Konseling Kesehatan Reproduksi Terintegrasi
dalam rangka Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terintegrasi
di Tingkat Pelayanan Dasar" pada 8-9 April 2005, dengan Bu Ninuk Widiantoro yang tersohor itu sebagai pemateri. Bagi yang belum kenal, beliau merupakan seorang psikolog yang sering berhubungan dengan topik-topik reproduksi dan seksualitas pada remaja. Beliau juga ketua Yayasan Kesehatan Perempuan/YKP, Jakarta.

Setelah itu, pada Mei sampai Juli ICBC melakukan survei pada kader-kader, diskusi-diskusi dengan tokoh masyarakat dan bidan desa di daerah sasaran yang sudah ditentukan. Bulan Agustus ini, ICBC akan mempresentasikan hasil kegiatannya selama ini ke utusan penyandang dana, Ford Foundation yang sudah jauh-jauh datang dari New York. Acara ini diselenggarakan di Fakultas Psikologi UGM, karena tim ICBC memang tidak sendirian dalam melaksanakan program payungnya. Ada tim Bagian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi UGM dan tim Center for Health Policy and Social Studies (CHPSS). Kedua pihak ini memang 'teman dekat' ICBC, karena sudah beberapa kali menjalin kerja sama dengan sukses.

Akhir tahun 2005 ini akan menjadi masa-masa yang sibuk bagi ICBC, karena implementasi program PM yang cukup akbar ini senyatanya akan mulai dilakukan, setelah hampir setahun menjalin relasi, mengikuti workshop, dan memantapkan perencanaan bersama pihak-pihak terkait. Mohon doa dan dukungan dari Anda.

 

Mesapat

Judul acara terbaru ICBC ini sebenarnya merupakan singkatan dari ‘Membuang Sampah pada Tempatnya’, suatu tema yang diangkat (masih) untuk menyikapi tersebarnya fasilitas tong sampah biru-oranye di Yogyakarta. Mesapat dilaksanakan pada tanggal 17-18 Juni 2005 bersama adik-adik siswa kelas 4 SD Puro Pakualaman I dan II, berlokasi di sekolah dan Lapangan Puro Pakualaman.

Mesapat terlaksana di bawah koordinasi Divisi Program Aksi. Melalui Mesapat, ICBC mencoba mengajak anak-anak ini untuk membuang sampah sesuai jenis dan tempatnya; organik dan non-organik. Konsep dasar ini memang hampir sama dengan kegiatan yang dilakukan setahun sebelumnya melalui Mlampah-Mlampah Pados Sampah (MMPS). Hanya saja, M esapat dikemas dalam format yang berbeda, dengan mengacu pada hasil evaluasi atas kegiatan MMPS. Jika pada MMPS, penekanan kegiatannya pada pembedaan sampah organik dan non organik maka pada M esapat kegiatan diperkaya dengan perhatian lebih pada tong sampah.

Di hari pertama (Jumat, 17 Juni 2005), anak-anak yang penuh energi dan semangat ini diajak untuk membersihkan tong-tong sampah yang ada di sekolah mereka. Sejumlah 6 tong sampah yang terbuat dari ember cat ukuran galon dikumpulkan. Penampakan awal tong-tong ini adalah kotor, kumuh, dan berbau busuk sehingga untuk menyentuhnya saja anak-anak merasa jijik dan enggan. Tapi ekspresi tersebut lenyap dalam kurun waktu 5 menit, ketika mereka diajak mencucinya dengan sabun dan air. Mereka justru saling berebut untuk menggosok bagian yang paling kotor. Anak-anak lelaki pun tanpa ragu melepas kaos dan baju untuk mempermudah gerakan. Secara bertahap terjadi pembagian kerja diantara mereka, ada yang bertugas menggosok, mengguyur air, mengeringkan, dan mengamplas permukaan ember. Semua dilakukan dengan canda riang ala anak-anak. Kegiatan ditutup dengan aktivitas mengecat keenam tong sampah dengan warna kuning. Dari hasil pengamatan, kebanyakan sampah yang ditemui di lingkungan sekolah adalah sampah plastik pembungkus makanan. Oleh karena itu tong sampah non organik dibutuhkan lebih banyak dibanding tong sampah non organik.

Keesokan harinya, anak-anak diajak mengenal dan membedakan sampah melalui beberapa permainan kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh seorang fasilitator yang mewadahi diskusi-diskusi kecil yang muncul diantara mereka. Usai bermain di Lapangan Puro Pakualaman, acara dialihkan kembali ke sekolah. Kali ini anak-anak menghias tong sampah yang telah dicat sehari sebelumnya dengan stiker. Selain pola bantuan yang sudah disediakan, anak-anak diberi kebebasan mengembangkan kreativitas dengan membuat pola atau gambar sesuai keinginan mereka.

Tidak ada kesan capai tergambar di wajah-wajah mereka. Celoteh-celoteh riang menyertai aktivitas menghias tong sampah. Suasana bermain yang tercipta membuat anak-anak lupa pada kenyataan bahwa mereka sedang bergumul dengan tong sampah. Benda yang dua hari sebelumnya mereka singkiri karena dianggap menjijikkan, kotor dan berbau.

Secara tidak langsung telah terjadi perubahan cara pandang anak-anak terhadap sampah dan tong sampah. Bukan saja menguatkan pengertian bahwa sampah semestinya dibuang di tempatnya, dan bahwa untuk membuang sampah perlu dipisahkan jenisnya, tetapi pada anak-anak pun jadi timbul rasa memiliki atas tong-tong yang sudah mereka hias. Seorang anak bahkan secara tidak sadar masih menjinjing tong sampah yang dihias kelompoknya ketika beranjak pulang. Nah, harapannya, ketika rasa memiliki ini sudah muncul maka anak akan lebih bertanggung jawab dalam menjaga dan mengajak teman-teman yang lain untuk memanfaatkan tong sampah tersebut. Semoga ‘pesan’ yang disampaikan dalam 2 hari kegiatan tersebut tidak hanya berhenti pada sejumlah anak yang terlibat saja.


Dokumentasi Divisi Program Aksi

Kegiatan Mlampah-mlampah Pados Sampah (MMPS)

Rombongan Siswa Kelas IV Berangkat
Mengambil Sampah di Jalan
Bercengkerama dengan Petugas Kebersihan
Membuang Sampah di Gerobak
Foto Bersama
Serah Terima CD tentang Tong Sampah


Membuang Sampah Pada Tempatnya (MeSaPat)

Perkenalan & Diskusi ringan
Mencuci tong sampah rame-rame
Pengecatan dasar ke tong sampah
Diskusi serius tentang MeSaPat
Selesai lomba tentang MeSaPat
Membuat pola stiker untuk tong sampah
Penempelan stiker
Kontes tong sampah yang menarik
ICBC dan Rekan
Foto ICBC bersama Pak/ Bu Guru SD

 

Copyright@2005 ICBC.All rights reserved